Spiga

Mumbai, Jurnalisme, dan Masa Depan Internet

NINOK LEKSONO

”Serangan di India bisa menjadi studi kasus lain tentang bagaimana teknologi mentransformasi warga menjadi reporter potensial, menambah satu dimensi baru pada media berita.”(Brian Stelter dan Noam Cohen, ”New York Times”, 29/11)


Internet sebagai teknologi terbukti ampuh digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari komunikasi personal hingga korporasional, mulai dari perdagangan hingga media. Khususnya untuk yang terakhir, salah satu wujudnya yang telah mapan adalah hadirnya media online seperti Kompas.com.

Dalam perkembangan berikut, muncul fenomena blog, yang aslinya lebih berupa ekspresi personal atas berbagai topik, tetapi dalam perkembangan selanjutnya melahirkan impak yang jauh di wilayah media dan jurnalistik. Bahkan, muncul pertanyaan fundamental, ”Apakah blog menjadi masa depan jurnalistik?”

Jawabannya terpulang pada keyakinan masing-masing, tetapi blog bersama tren lain yang kini juga berkembang, yakni jurnalisme warga (citizen journalism), tak diragukan lagi akan terus berkembang mewarnai perkembangan media.

Salah satu uraian tentang praktik jurnalisme warga yang aktual karena terkait dengan berita utama internasional adalah yang dilakukan Arun Shanbhag ketika terjadi aksi teror di Taj Mahal Palace dan Tower di Mumbai, Rabu (26/11) malam pekan silam. Ia melaporkan apa yang terjadi melalui internet dari teras Colaba Causeway di Mumbai selatan (Lihat Brian Stelter dan Noam Cohen di The New York Times yang dikutip di atas).

Shanbhag sendiri adalah asisten profesor di Harvard Medical School di Boston, yang hari itu kebetulan ada di Mumbai. Karena menyaksikan kejadian itu secara langsung, ia terpanggil untuk berbagi. Lalu, ia pun mengabarkan tentang suara rentetan tembakan dari senapan melalui Twitter dan mengunggah foto-foto yang ia buat dalam blog pribadinya.

Dalam kenyataan, apa yang dilakukan Shanbhag itu hanya satu dari laporan yang ditulis jurnalis warga. Semuanya memperlihatkan bagaimana teknologi sedang mengubah warga menjadi reporter potensial.

Saat aksi teror memuncak, ada lebih dari satu pesan dalam satu detiknya dengan kata ”Mumbai” di dalamnya yang dikirim ke Twitter, layanan pesan pendek yang semula dianggap keanehan, tetapi kini dalam dua tahun berhasil tumbuh menjadi satu panggung berita (news platform).

Pesan-pesan tersebut dan juga lainnya yang dikirim melalui situs web dan juga situs yang digunakan untuk berbagi foto memang terkesan kacau. Namun, itu rupanya sangat berarti untuk menghubungkan orang dari berbagi tempat di dunia.

Sebenarnya apa keunggulan yang ditawarkan media baru ini?

Melalui Twitter, seseorang mendapat umpan (feed) dari banyak orang dalam satu waktu. Selain itu, jurnalis warga juga bisa menghindar dari aturan birokrasi yang dihadapi organisasi media. Misalnya saja batas waktu transmisi video langsung seperti yang dihadapi CNN, yang membuat reporternya lalu hanya bisa mengirim laporan via telepon, padahal stasiun TV berita, seperti CNN, amat mengandalkan gambar video. Sementara kamera dan telepon yang dibawa warga lain, termasuk jurnalis warga, tidak terikat dengan aturan di atas.

Informasi yang dikirim jurnalis warga ini diakui besar artinya pada tahap awal krisis, khususnya ketika informasi resmi baik dari pemerintah maupun media utama masih berusaha menaksir seberapa luas skala serangan.

Informasi tersebut barangkali sedikit, tetapi informasi yang sedikit, menurut guru besar Graduate School of Journalism Columbia University Sreenath Sreenivasan, lebih baik daripada tidak ada informasi sama sekali.

Masa depan internet


Dari uraian di atas tampak internet memegang peranan penting dalam munculnya dimensi baru jurnalisme.

Mereka yang akrab dengan sejarah internet mengetahui bahwa medium ini tumbuh dan berkembang bisa dikatakan bukan sebagai produk akhir. Internet sebagai bukan produk akhir memberi kesempatan luas bagi siapa pun untuk berkreasi di atasnya. Pebisnis dan penemu bisa menggunakannya sebagai papan lontar untuk inovasi selanjutnya.

Kini, ketika internet telah menjadi media utama, muncul desakan untuk mengubahnya menjadi sistem yang sudah mereka kalahkan, yaitu dengan jalan membuatnya tertutup. Artinya, nanti akan tidak ada lagi peluang bagi pihak luar untuk ”main-main” atau merekayasa (tinkering) sistem jaringan ini. Kalaupun tidak sepenuhnya, peluang untuk itu hanya akan dibuka sedikit, di bawah pengawasan ketat (Jonathan Zittrain, ”The Internet is Closing”, Newsweek, 8/12)

Alasan keamanan


Perubahan yang akan terjadi itu sebagian karena adanya kebutuhan untuk menjawab masalah keamanan yang memang biasanya muncul pada teknologi terbuka. Sebagian alasan lain adalah karena bisnis.

Namun, upaya untuk mengubah sistem terbuka menjadi sistem tertutup diperkirakan akan memunculkan inovasi baru yang lazimnya muncul dari akibat tak terduga aktivitas otak- atik, yang sejauh ini telah memberi kita web, pesan cepat (instant messaging), jaringan langsung ke pihak tertentu (peer- to-peer networking), Wikipedia, dan sejumlah inovasi lain.

Langkah penutupan juga akan memunculkan penjaga gawang, yang akan membuat kita, tetapi juga mereka, tawanan bagi rencana bisnis yang terbatas dan juga regulator yang umumnya takut pada hal-hal baru yang mengguncangkan.

Kemungkinan di atas bisa jadi akan menimbulkan gelombang balik yang mengguncangkan. Bisa kita bayangkan berapa harga yang harus dibayar untuk berbagai sistem tertutup yang akan diperkenalkan, sementara pilihan teknologi dan aplikasi mungkin juga akan lebih terbatas.

Namun, konsekuensi hilangnya kreativitas yang selama ini banyak dipicu dengan bebas dan terbukanya internet boleh jadi yang paling mendalam. Kita menilai bahwa internet yang kita kenal selama ini adalah salah satu pembentuk peradaban terbuka dan demokratis yang cocok dengan zaman dan gaya hidup abad ke-21.

Asyik Masyuk dengan Flock

Satu hal dahsyat yang dilahirkan internet adalah cara berjejaring baru dengan banyak orang di kolong langit. Dengan teman-teman jejaring itu kita dapat berbagi banyak hal: informasi, foto, video, dll.

Browser adalah pintu gerbang kita memasuki dunia internet. Sebelumnya, aktivitas berjejaring dan berbagi kita lakukan dengan cara masuk dulu ke situs tertentu, apakah flickr, youtube, atau layanan penyedia blogg.

Sekarang, urusan berinteraksi dengan teman-teman di dunia maya jauh lebih sederhana. Pasalnya, sudah tersedia browser yang mengintegrasikan aktivitas kita berjejaring. Namanya Flock, the social web browser. Browser ini berbasiskan firefox, cuma rasanya saja beda. Bisa dibilang, ini firefox dengan rasa social network. Cobain deh, Anda pasti akan langsung asyik masyuk berselancar di dunia maya.

Jika para pengguna firefox harus menginstall sejumlah add-ons untuk kepentingan social network mereka, maka flock sudah mengintegrasikan itu langsung di browsernya.

Misalnya, Anda gak perlu lagi masuk ke facebook untuk sekedar tahu status teman-teman Anda atau foto-foto yang mereka upload. Di sisi sebelah kiri ada jendela yang menyajikan aktivitas di halaman facebook Anda.

Untuk urusan ngeblog, Anda juga gak perlu harus masuk ke halaman editor blog karena flock telah menyediakan uploader. Beberapa layanan blog yang didukung antara lain Blogger, Wordpress, Typepad, Moveable Type, Live Journal dan Drupal. Demikian pula untuk urusan upload foto ke flickr.

Sejumlah situs yang terintegrasi dengan flock antara lain facebook, photobucket, digg, flickr, myspace, pownce, twitter, youtube, picasa, piczo. layanan blog yang disebut di atas, delicious, gmail dan yahoo mail.

Kalau mau tahu soal flock silakan klik di sini, kalau mau langsung nyoba silakan download di sini.

Budi Putra, Passion Seorang Blogger

Kalau Anda bertemu dengan Budi Putra dan bertanya apa profesinya, jangan kaget jika ia menjawab blogger. Ya, Budi Putra adalah full time blogger atau istilah kerennya blogger profesional. Jika bagi sebagian orang ngeblog adalah kegiatan sampingan, tidak demikian bagi Budi. Ia menghabiskan seluruh waktunya untuk mengelola sejumlah blog miliknya. Ia tercatat sebagai blogger profesional Indonesia pertama. Di kartu namanya tertulis ”Tech Writer & Blogger” di bawah namanya.

“Pekerjaan ini menyenangkan, saya tidak perlu datang ke kantor menghabiskan dua sampai tiga jam di jalan. Saya bisa bekerja di rumah, atau jika bosan saya ke luar nongkrong di cafĂ© dan ngeblog,” ujar Budi Putra dalam perbincangan dengan kompas.com suatu sore.

Perkenalan Budi dengan dunia blog belumlah lama. Ia mulai ngeblog tahun 2001. Tapi, belum serius. Postingnya hanya sebatas mengarsipkan tulisan-tulisannya sebagai wartawan yang dimuat di media tempatnya bekerja. Blog-nya pun tidak terurus karena tertinggal oleh kesibukannya sebagai wartawan.

”Tahun 2006 saya mulai menjadi blogger yang baik. Artinya blogger yang baik adalah rajin buat posting, menjawab komentar, blogwalking (berkunjung) ke blog lain dan menyapa pemilik blog,” tuturnya.

Hanya butuh waktu satu tahun sejak ia menjadi blogger yang baik hingga akhirnya memutuskan sepenuhnya ngeblog dan memilih blogger sebagai profesi dan tumpuan hidupnya. Pada 1 Maret 2007 Budi Putra resmi mengundurkan diri sebagai wartawan di sebuah media nasional. Padahal, karirnya tidak jelek sebagai pekerja pers: editor rubrik teknologi. “Keputusan ini tidak gampang. Pergulatan saya setahun sebelum memutuskan pilihan ini,” ungkap Budi.

Sebuah keputusan yang sangat berani, tapi tentu saja bukan tanpa perhitungan. Setidaknya ia sadar betul bahwa ia tidak ingin bunuh diri dengan meninggalkan pekerjaan mapannya sebagai wartawan di sebuah media besar. Cita-cita masa kecilnya menjadi wartawan tidak pula kandas karena sebagai blogger ia terus menulis.

Budi Putra lahir dan besar di Payakumbuh, Sumatera Barat, 12 September 1972. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi wartawan meski kedua orangtuanya, Pasangan Bachtiar dan Musril, berharap kelak ia bisa menjadi seorang diplomat. Sejak SMP Budi sudah keranjingan menulis. Karyanya kerap dimuat di Harian Singgalang. Usia 19 tahun saat masuk tingkat pertama di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Budi diterima sebagai wartawan di harian itu. Kemampuan bahasa Inggrisnya yang baik membuatnya didapuk menjadi redaktur internasional pada tahun kedua. Masih kinyis-kinyis, usianya baru 21 tahun dan belum selesai kuliah.

Persentuhannya dengan dunia teknologi terjadi tahun 1996 ketika ia mendapat fellowship selama tiga bulan ke Jepang. Di sana ia terkagum-kagum melihat para petani di negeri Sakura itu sudah mengakses internet untuk memperoleh informasi. Pulang ke Padang ia serius belajar bahasa pemrograman secara otodidak. Hasilnya, ia sukses meng-online-kan Harian Singgalang pada tahun 1997. Tahun 2000 Budi hijrah ke Jakarta bergabung dengan sebuah media nasional sampai akhirnya dipercaya sebagai editor rubrik teknologi.

Serius Belajar
Dunia blog sudah mengganggu benak Budi sejak dua tahun silam. Sebagai editor rubrik teknologi ia sudah mencium gelagat bahwa wahana baru di dunia maya ini cepat atau lambat akan menjadi ancaman buat media cetak. Sebagai pekerja pers di media cetak ia merasa gelisah. ”Kita tidak mungkin mengabaikan perkembangan teknologi baru ini. Saya bilang pada diri saya sendiri saya harus pelajari ini. Untuk apa? Untuk perkembangan media cetak. Ternyata ada banyak hal positif yang bisa dipelajari. Blog menawarkan sebuah interaksi, membangun kedekatan antara penulis dan pembaca. Selama ini komunikasi media cetak kan hanya satu arah, komunikasi yang jauh,” terangnya.

Budi pun lantas serius mempelajari dunia blog. Buku-buku tentang blog di Amazon diborongnya. ”Di Jakarta, mungkin buku tentang blogging terlengkap salah satunya adalah di rumah saya. Belum terhitung buku-buku lain tentang internet,” cetusnya.

”Blog itu dunia baru yang ilmunya masih sedikit. Jadi kalau kita tidak belajar tidak bisa. Ngeblog tidak bisa dikembangkan hanya dengan common sense. Kita harus pelajari toksonominya, blogsphere (dunia blog) itu seperti apa, kenapa blog harus ditulis spesifik, pendek, kenapa link penting, kenapa komentar harus dijawab. Semua ada alasan dan ilmunya. Jadi kalau kita masuk ke dunia ini hanya berbekal common sense tidak jadi apa-apa,” jelas dia lagi.

Namun sayang, Budi mendapati visi para pekerja pers di media cetak memandang internet dan blog sebagai ancaman. Jangankan blog, situs media pun tidak dikelola dengan baik. “Mereka berpikir kalau mengembangkan (media) online-nya edisi cetak mereka tidak akan dibeli orang. Itu persepsi yang keliru seratus persen. Padahal kita bisa mengonvergensikan dua medium ini menjadi kekuatan baru,” tegasnya.

Sambil terus melahap seluruh informasi tentang blog Budi mulai serius mengelola blog-blog pribadinya yang semua bertema teknologi, yaitu www.budiputra.com, www.asiatech.com, www.indonesiatech.com dan www.3Gweek.com. Perlahan, ia menemukan kesenangan di jagad blog ini. Ia ngeblog bukan karena kewajiban bahwa blog-nya harus di-update, tapi karena cinta akan dunia baru yang dilakoninya itu. Upayanya tidak sia-sia. Di blogsphere namanya mulai populer sebagai blogger teknologi. Sebagai editor teknologi, jaringan dengan industri pun terkelola dengan baik.

Tawaran pun datang. CNET ASIA, sebuah situs teknologi, mengajaknya bergabung ngeblog di sana bersama sejumlah blogger teknologi Asia lainnya. Ada blogger dari Singapura, Korea, Jepang, Malaysia, Cina, India dan Filipina. Budi adalah representasi blogger Indonesia. Kewajiban Budi adalah membuat posting dua kali seminggu. CNET ASIA memberinya honor yang besarnya sedikit banyak tidak berbeda dari penghasilannya sebagai jurnalis. Selain itu, ia juga mulai mendapat penghasilan dari iklan pada blog-blog pribadinya.

Peluang mendapatkan penghasilan dari aktivitas ngeblog mulai terbuka. Ia menjelaskan, ada tiga peluang yang bisa diambil oleh seorang blogger. Pertama, menjadi publisher blogger. Seorang blogger dapat menghasilkan uang dari iklan pada blognya. Jika ingin mendapat penghasilan yang lumayan blogger dituntut menulis dalam bahasa Inggris dengan konten yang bermutu. Kalau tidak, ia menjamin, iklannya tidak akan tinggi. Contoh publisher blogger yang sukses adalah Darren Rowse. Blognya, www.problogger.net, bisa meraup 2.000 US dolar sebulan.

Kedua, menjadi blogger berbayar. Seorang blogger menulis di blog-blog terkenal dan dibayar untuk itu. Untuk menjadi blogger berbayar, seorang blogger dituntut kompeten pada satu bidang tertentu. ”Sekarang banyak blog yang butuh penulis. Saya baru saja ditawari lagi untuk menulis di salah satu blog, tapi saya sudah tidak punya waktu,” tutur Budi.

Ketiga, lanjutnya, adalah menjadi konsultan. Jika seorang blogger paham betul tentang dunia blog, ada banyak perusahaan atau pribadi yang membutuhkan pengetahuan mereka.

“Dari tiga celah itu saya pilih dua yang terakhir (blogger berbayar dan konsultan),” tegas Budi. ”Saya tidak mendorong orang untuk yang pertama (publisher blogger) karena kalau begitu buat saya dunia blog sempit dan hanya untuk uang. Orang mau ngeblog sudah tanya uang. Awalnya jangan pikirkan uang. Mulai dan carilah kenikmatan sampai betul-betul menemukan passion-nya. Setelah Anda menemukan passion Anda di dunia blog uang akan datang sendiri, “ kata dia.

Mendirikan ABN
Lambat laun aktivitas Budi di dunia blog semakin intens. Berbagai tawaran kerjasama terus datang. Tapi, ia tidak mungkin menyambut tawaran-tawaran itu karena ia masih berstatus sebagai jurnalis yang terikat dengan institusi media tempatnya bekerja. ”Saya harus fair. Kalau saya terima semua tawaran-tawaran itu pasti ada conflict of interest. Saya tidak mau,” ujar Budi.

Sampai suatu ketika, dalam sebuah acara hajatan teknologi di Singapura, Budi bertemu dengan sejumlah blogger yang mengembangkan blog dan berbisnis di dunia itu. ”Mereka bertanya pada saya, di Indonesia apa yang sudah ditawarkan oleh industri blog. Saya tersadar di Indonesia tidak ada sama sekali industri blog dan saya malu sekali waktu itu. Nah, sejak saat itu mulai muncul dorongan dalam diri saya untuk berbuat sesuatu,” cerita Budi.

Setelah berkonsultasi dengan sejumlah teman bulatlah tekadnya untuk membawa blog Indonesia ke dunia industri. Bulat pula tekadnya untuk mengakhiri karir jurnalistiknya di media tempatnya bekerja. Pada 1 April 2007, persis sebulan setelah mengundurkan diri sebagai jurnalis, Budi mendirikan PT Asia Blogging Network (ABN). Dua bulan kemudian, tepatnya 6 juni 2007, Budi meluncurkan situs www.asiablogging.com. Situs ini adalah situs komunitas blogger yang menulis tentang beragam topik. Layaknya sebuah media, situs ini memiliki 15 rubrik yaitu bussiness, city, film, health, writing, sport, lifestyle, media, hobby, science, music, technology, tips, travel dan personal.

Budi mencari sendiri bloger-bloger yang menulis di situsnya. ”Saya tidak meminta mereka menulis untuk rubrik tertentu. Mereka justru saya tanya mau menulis apa, lalu saya bikinkan rubriknya. Saya ingin mereka menulis dengan passion, menulis dengan senang. Jadi, kalau mereka ngeblog itu seperti sedang beristirahat,” ungkapnya.

Kini ABN memiliki 40 blogger dengan 90 blog. Satu orang blogger memegang dua sampai tiga blog. Mereka dibayar? ”O, tentu saja,” sahut Budi. ”Tidak besar, tapi paling tidak bisa untuk biaya akses internet, beli buku untuk tambah wawasan. Kalau suka film ada duit buat tambah-tambah beli film. Karena sebetulnya mereka ngeblog bukan untuk cari duit tapi memang sudah senang. Tapi, saya harus memberi apresiasi atas kesediaan mereka ngeblog di ABN,” ungkapnya.

Jika Budi adalah blogger profesional pertama Indonesia maka ABN adalah perusahaan blog pertama di Indonesia. Ia optimistis prospek industri baru ini cerah. ”Karena industri bloging di Indonesia masih nol kilometer. Ketika saya meluncurkan situs ini banyak pihak yang kontak. Mereka butuh komunitas blogging untuk promo produk mereka yang terkait dengan blog tidak untuk hardsell tapi untuk membangun image,” terangnya.

O, iya, Budi Putra punya kartu nama satu lagi dengan identitas PT Asia Blogging Network. Di bawah namanya tertera ”CEO” (Chief Executive Officer). ”Kartu nama yang ini untuk komunikasi dengan dunia industri,” ujarnya sambil tersenyum. (J Heru Margianto)


Foto: www.asiablogging.com

Dari "Blog" Menjemput Peluang

”Hi, I am Trinity, an ordinary woman in Jakarta who loves traveling. This is my journal and thoughts collected from my trips around the globe and across my lovely country, Indonesia.”

Itu catatan identitas pemilik blog yang namanya tidak kalah membangkitkan keingintahuan, naked-traveler.blogspot.com.

”Sengaja saya memakai nama Trinity, nama yang mengingatkan pada tokoh film Matrix, untuk menarik minat dan diklik orang ketika mereka mencari pakai mesin pencari,” kata Perucha, pemilik situs tersebut.

Menurut Trinity, begitu dia lebih suka disebut, tidak mungkin pakai nama perempuan, misalnya, Yanti, karena orang biasanya tidak akan mencari nama itu dalam mesin pencari.

Nama blog-nya juga provokatif. Naked, dari bahasa Inggris, yang artinya telanjang. Tetapi, seperti ditulis Trinity di blog-nya, tidak ada ketelanjangan di sana.

Pasti bukan karena nama yang provokatif dan mengundang imajinasi nakal itu yang membuat orang datang ke blog tersebut yang sampai Sabtu petang lalu sudah diklik 279.262 pengunjung.

Cerita perjalanan dengan sentuhan pribadi dalam blog yang dibuat mulai tahun 2006 itu memang menarik. Simak judul You.Me.Marry, misalnya. Trinity bertutur tentang pengalamannya sebagai traveler perempuan yang bepergian dengan sesama teman perempuan, berulang kali diajak menikah oleh lelaki berkulit hitam. Entah di Roma, Italia, atau di Amerika. Mulai dari cara merayu sampai digotong lelaki kulit hitam untuk dipaksa menikah dituturkan Trinity di situ.

Bernilai ekonomi

Dari awalnya hanya sebagai cara mencurahkan berbagai pengalaman selama berkelana, akhirnya blog yang populer itu mengilhami lahirnya buku.

”Ada 70 cerita yang di-copy-paste dari cerita tahun 2005-2006 dalam blog saya menjadi buku The Naked-Traveler,” kata Trinity. Buku terbitan Bentang Pustaka tahun 2007 itu sudah dua kali cetak ulang dengan jumlah 30.000 buku.

Pengalaman mirip juga berlaku pada Raditya Dika (23). Mahasiswa semester V Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia membangun blog pribadi kambingjantan.com sejak 2002. Blog ini berisi pengalaman sehari-hari yang dia tuliskan secara lucu.

Tak dinyana blog ini menarik banyak pengunjung dan mendapat penghargaan The Best Indonesian Blog dari blog theflyingchair.net yang rajin memberi peringkat pada blog di berbagai negara.

Popularitas blog kambingjantan lalu menarik minat penerbit Gagas Media tahun 2005 menerbitkan buku yang memakai judul sama dan isinya diambil dari blog.

Bukunya pun tak kalah laku. Raditya memperkirakan tahun ini buku itu telah dicetak 19 kali dan memberi dia royalti lebih dari Rp 100 juta.

Pembangkitan nilai ekonomi yang tidak direncanakan dari awal juga terjadi pada blog ndorokakung.com milik blogger senior, Wicaksono.

Meskipun disampaikan secara ringan, blog itu memberi informasi seputar dunia politik, kebanyakan isu dalam negeri. Komentar terbarunya antara lain tentang blog kartun Nabi Muhammad SAW yang membuat banyak orang marah. Tidak seperti dugaan banyak orang, menurut ndorokakung.com kartun itu sudah muncul beberapa bulan. Kehebohan meledak setelah media arus utama mengangkatnya sebagai berita.

Cara mengisi blog yang konsisten, informasinya dapat dipercaya dan selalu diperbarui, serta disajikan ringan membuat blog Wicaksono memiliki banyak pengunjung. Pemeringkatan yang dilakukan blog indonesiamatters.com menempatkan ndorokakung.com pada peringkat kelima blog terpopuler di Indonesia.

Pemeringkatan itu, menurut Wicaksono, dapat dipakai calon pemasang iklan menempatkan iklan mereka. Ndorokakung.com pun mendapat iklan meskipun belum ajek.

Nilai ekonomi yang muncul dari kegiatan kreatif ini dapat melebar ke arah yang semula tak dibayangkan pembuatnya. Cerita dalam dalam buku itu kini dijadikan film berjudul sama yang ditargetkan putar perdana di bioskop awal 2009.

Raditya menulis skenario film itu bersama Salman Aristo dengan sutradara Rudy Sujarwo. ”Saya tidak menjual putus cerita itu, tetapi menggunakan sistem royalti,” kata Raditya.

Alat pemasaran

Karena sifatnya yang menular seperti virus—mereka mengistilahkan viral communication—blog juga bisa ampuh sebagai alat pemasaran.

Iqbal Prakarsa membuat blog wetiga.com untuk mempromosikan warung angkringannya yang menjual nasi kucing—nasi dalam porsi mini—dan wedang jahe di Jalan Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pengunjung Warung Wedang Wi-fi (Wetiga) mendapat fasilitas internet gratis, tetapi harus bawa laptop sendiri.

Pengunjung Wetiga akan dipotret lalu fotonya dimasukkan dalam wetiga.com. Kiat itu berhasil dan warung yang baru buka malam sejak dua bulan itu beromzet rata-rata Rp 500.000-Rp 600.000 semalam.

Dengan cara itu pula kampanye Gerakan Seribu Buku Komunitas Blogger BHI (Bundaran Hotel Indonesia) berhasil mengumpulkan 1.500 buku. Salah satu penyumbangnya Dubes Amerika untuk Indonesia Cameron R Hume. Dubes Hume mendatangi warung angkringan itu dan dalam foto di wetiga.com terlihat ikut makan tempe.

Hak cipta

Meskipun memberi banyak peluang tak terduga, blog juga membawa risiko, yaitu pembajakan karya.

Raditya langsung menutup kambingjantan.com ketika menyadari potensi pembajakan itu setelah blog-nya ternyata bernilai ekonomi. Sebagai ganti, dia membuat raditya.com sebagai alat pemasaran untuk buku-buku dan filmnya.

Sementara Trinity tidak khawatir isi blog-nya dibajak dengan alasan bahasa, sudut pandang, serta lokasi yang diceritakan amat personal, sutradara film iklan, Iman Brotoseno (42), sempat jengkel karena blog-nya dimanfaatkan orang tanpa izin.

Lebih nekat lagi, informasi itu diterbitkan sebagai bagian dari buku. Ketika sedang berjalan-jalan di Jakarta, Iman menemukan buku berjudul Soekarno Uncensored, Benarkah Soekarno Lebih dari Soeharto?. Bab ”Akhir yang Tragis” di halaman 99-102 ternyata mengutip mentah-mentah tulisan dari blog Iman.

Iman mengaku terlalu sering tulisannya dalam blog dicomot tanpa izin. ”Tetapi, kali ini keterlaluan karena sampai dibuat buku. Saya hanya butuh pengakuan, seharusnya penulis buku itu mencantumkan sumbernya,” tandas pemilik blog imanbrotoseno.com. Setelah Iman mengirim surat teguran, penulis buku itu mengakui kekeliruannya dan menarik buku dari peredaran.

”Sebenarnya dunia maya juga terikat aturan hukum. Karya tulisan, gambar, atau film dilindungi oleh World Intellectual Property Organization sebagai hak kekayaan intelektual. Sama seperti UU Informasi dan Transaksi Elektronik Tahun 2008, perlindungan WIPO tidak dibatasi wilayah geografis,” jelas Ketua Umum Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia Sylvia Sumarlin.

Nah, meskipun dunia maya memberi kebebasan seluas-luasnya, ternyata tetap ada etika dan aturan yang tidak bisa diabaikan. (IND)


Sumber: Kompas Cetak, Minggu, 23 November 2008
Foto:
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG

Dari Dunia Maya lalu Kopi Darat

Blogger boleh punya banyak teman yang didapat melalui dunia maya, tetapi itu ternyata tak memuaskan kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial. Karena itu, para blogger yang merasa punya kesamaan kepentingan atau aspirasi membuat komunitas di dunia nyata.

Komunitas itu muncul di berbagai daerah di Indonesia, seperti komunitas Cah Andong di Yogyakarta, Anging Mamiri di Makassar, Bali Blogger Community (BBC) di Bali, dan Komunitas Blogger BHI (Bundaran Hotel Indonesia) di Jakarta.

Saiful (31) yang bersama temannya, Bachtiar, mendirikan Komunitas BHI pada pertengahan 2006 mengatakan, awalnya dia membuat blog yang isinya adalah unek-unek perasaan sebagai ”orang kampung” yang merantau di Jakarta.

”Banyak sekali hal jauh berbeda di Jakarta dibandingkan dengan kehidupan saya di Cilacap,” kata Saiful yang karyawan Bank Indonesia itu.

Ternyata blog-nya menarik perhatian sejumlah perantau yang punya perasaan sama. Dari sana lalu terpikir untuk bertemu di dunia nyata. Mereka memilih tempat berkumpul di trotoar di depan Plaza Indonesia di seberang Bundaran Hotel Indonesia untuk kopdar (kopi darat). Karena itu, nama komunitas mereka yang sangat cair itu Komunitas BHI. Mereka bertemu di sana tiap Jumat malam sepulang kantor.

Dunia nyata


Dari bertemu secara rutin, mereka merasa harus melakukan sesuatu di dunia nyata.

”Kami tidak ingin dianggap NATO (no action talk only/omong doang),” kata Herman Saksono (27), salah satu moderator Cah Andong.

Selain kegiatan seminar dan bincang-bincang, Cah Andong juga mengadakan kegiatan dadakan seperti bakti sosial dan bersih pantai di Pantai Pandansari, Yogyakarta.

Sebagai kegiatan rutin, blogger Cah Andong mengelola situs wajahjogja.com. Di situs ini, para blogger Cah Andong meliput dan menulis profil orang Yogya.

Profil yang dimunculkan tidak harus orang terkenal atau orang berpendidikan di Yogyakarta, tetapi bisa juga profil rakyat kecil seperti penjaja koran, gelandangan yang jadi korban penertiban, nelayan yang sulit mendapat ikan, dan lain-lain.

Pilihan pada orang kecil bukan tanpa maksud. Dengan cara itu, blogger Cah Andong ingin menggugah kepedulian siapa saja akan nasib rakyat kecil. ”Jadi, jangan hanya mengandalkan pemerintah,” tutur Herman.

Komunitas BHI membangun kegiatan produktif untuk masyarakat tidak mampu di Desa Bangsari, Cilacap. Menurut anggota BHI, Iman Brotoseno, di desa miskin itu mereka membagikan bibit kambing untuk diternak warga desa. Uang hasil penjualan kambing digunakan warga desa untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Jumat malam lalu BHI mengadakan Muktamar Blogger II di depan Plaza Senayan. Menurut Saiful, ada sekitar 40 orang datang di acara yang dimulai pukul 21.00 hingga lewat tengah malam. Di situ mereka juga menutup kampanye Gerakan Seribu Buku yang berhasil mengumpulkan 1.500 buku untuk anak-anak sekolah.

”Kampanye itu kami posting di blog, siapa saja boleh menyumbang,” kata Saiful. Buku yang terkumpul itu dikirim ke sekolah-sekolah antara lain di Yogya, Cilacap, dan Jakarta.

Cah Andong juga memilih Jumat malam untuk acara rutin Juminten-an atau Jumat Midnite Tenguk-Tenguk (nongkrong). Biasanya sekitar 30 orang blogger Cah Andong bertemu di depan monumen Serangan Oemoem Satu Maret di perempatan Malioboro. (IND/BSW/NMP)


Sumber: Kompas Cetak, Minggu, 23 November 2008
Foto:
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Para blogger memanfaatkan warung angkringan Warung Wedang Wi-fi di Jalan Langsat I, Jakarta Selatan, untuk kopi darat.

Info Sesat di Dunia Maya

Matahari akan bersinar 36 jam nonstop pada 17 Oktober 2008. Ini terjadi 2.400 tahun sekali. Kita beruntung dapat menyaksikan dan merasakannya. Beritahukan yang lain, ya!

Informasi yang beredar dari milis ke milis bulan lalu ini sempat menghebohkan. Sejumlah media arus utama pun sempat terpancing untuk menulis dan mengonfirmasikan berita ini kepada ahli astronomi. Hasilnya, informasi itu tidak benar.

Di rimba internet, informasi sampah semacam ini sangat banyak. Informasi yang dikategorikan hoax (cerita bohong) ini dengan leluasa menyelonong ke kotak surat elektronik setiap orang. Sering kali hoax membuat heboh dan merugikan banyak pihak.

Sebagian warga Yogyakarta, Mei lalu, misalnya, sempat khawatir karena beredar informasi di dunia maya bahwa 11 hari lagi akan ada gempa dahsyat yang memicu tsunami. Untuk lebih meyakinkan, berita itu mencatut nama jaringan televisi CNN. Menurut informasi itu, CNN memberitakan lempeng bumi Australia sedang bergerak ke arah utara menuju Asia dan akan menabrak Pulau Jawa.

Namun, hingga 11 hari berikutnya, Yogyakarta ternyata aman-aman saja. Pasalnya, informasi itu memang bohong.

Di Paris, Perancis, sebagian orang takut ke bioskop karena ada informasi yang menyebutkan banyak orang pantatnya tertusuk jarum yang ditebar di kursi bioskop. Yang menakutkan, jarum tersebut dilaporkan telah terkontaminasi HIV. Lebih seram lagi, akibat tertusuk jarum itu, para korban belakangan diketahui tertular HIV.

Hoax serupa juga menyebutkan, seorang gadis muda yang berencana menikah tertusuk jarum di Priya Cinema, New Delhi, India. Jarum itu diberi catatan ”Selamat Datang di Dunia Penderita HIV”.

Selanjutnya, hoax tersebut menjelaskan, empat bulan setelah tertusuk jarum, gadis itu meninggal karena syok berat. Hoax itu juga mewanti-wanti semua orang untuk berhati-hati dan waspada di tempat umum.

Ciri-ciri


Ada beberapa ciri hoax, antara lain informasinya sensasional, berisi peringatan-peringatan berbahaya tanpa dasar yang jelas, dan menuntut pengguna internet untuk menyebarkannya ke orang terdekat, keluarga, atau pengguna internet lain.

Begitulah rimba raya internet. Informasi yang melimpah ruah tidak selamanya membantu orang. Sebagian justru menyesatkan.

Wicaksono, blogger senior di Jakarta, mengatakan, pengakses tidak boleh polos dan percaya 100 persen informasi dari internet. ”Tidak selamanya internet membuat segalanya terang benderang,” kata dia. (BSW/DHF)


Sumber: Kompas Cetak, Minggu, 23 November 2008 | 10:37 WIB

Mabuk Dunia Maya, sampai Lupa Etika

Oleh Ninuk Mardiana Pambudy & Budi Suwarna


Munculnya ”blog” berisi kartun berbahasa Indonesia yang menggambarkan fisik Nabi Muhammad SAW kembali bikin heboh. Wordpress, situs tempat ”blog” itu berada, menutup akses ke ”blog” tersebut pada Rabu (19/11) malam begitu siangnya ada permintaan dari Pemerintah Indonesia.

Sepekan sebelumnya, pemasar PT Bahana Securities terpaksa berurusan dengan pihak berwajib gara-gara mengirim surat elektronik kepada kliennya soal lima bank yang dilanda kesulitan likuiditas tanpa memverifikasi informasi itu. Juga masih menempel di ingatan heboh film Fitna yang dimasukkan dalam situs YouTube.

Daftar masalah yang muncul di dunia maya bisa amat panjang, tetapi manfaatnya, untungnya, jauh lebih besar. Dunia maya berkembang amat cepat ke arah yang tidak terbayangkan sebelumnya. Siapa saja bisa bergabung di sana dan apa saja dapat disampaikan di sana. Hasilnya, banyak kemungkinan terjadi.

”Saat ini masyarakat dalam euforia merasakan kebebasan mengeluarkan pendapat apa saja di dunia maya sampai-sampai lupa ada etika di sana,” Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Sylvia Sumarlin.

Euforia itu muncul, antara lain, dalam bentuk penyelenggaraan Pesta Blogger 2008, Sabtu kemarin, di Kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Ini acara tahunan kedua para blogger yang diikuti sekitar 1.500 orang. Jumlah itu pun, menurut ketua panitia, Wicaksono, terpaksa dibatasi karena tempat. Sebelum di Jakarta, acara sejenis sudah diadakan di Bali dan Yogya dengan mengundang lima blogger asing, salah satunya Jeff Ooi, blogger asal Malaysia yang punya blog politik.

Sehari sebelumnya, Komunitas Blogger BHI (Bundaran Hotel Indonesia) mengadakan Muktamar Blogger II. Seperti namanya, acara itu diadakan di tepi Bundaran HI, di trotoar di depan Plaza Indonesia. Mereka rutin kumpul di sana tiap Jumat malam sepulang kerja.

”Acara kemarin malam penutupan kampanye Gerakan Seribu Buku. Lumayan, dapat 1.500 buku yang kami kirim ke sekolah di Yogya, Cilacap, dan Jakarta,” kata Saiful (31), asal Cilacap, pendiri BHI bersama Bachtiar.

”Blog”


Blog kini menjadi salah satu cara berkomunikasi di dunia maya yang lumayan populer di Tanah Air. Wicaksono, pemilik blog ndorokakung.com, memperkirakan ada tak kurang dari 500.000 blog yang dibuat orang Indonesia dan membentuk 34 komunitas.

”Jumlah pembuat sulit diketahui karena satu orang bisa punya lebih dari satu blog,” kata Wicaksono yang bekerja sebagai Redaktur Koran Tempo.

Berawal dari kata web log, blog awalnya adalah catatan harian yang ditempelkan (posting) ke sebuah situs yang dapat diakses siapa saja. Blog menjadi semakin populer ketika kemudian tersedia situs yang menyediakan diri sebagai rumah gratis bagi blog, seperti Blogspot dan Wordpress.

Apabila di dunia internasional blog mulai dikenal tahun 1998, di Indonesia, kata Wicaksono, peminatnya mulai muncul tahun 2004 dan meningkat tajam pada tahun 2007.

”Uniknya, di Indonesia paling-paling hanya 5 persen yang bicara politik. Mengherankan juga karena sekarang ruang untuk berpendapat jauh lebih bebas,” kata Wicaksono. Lainnya berisi mulai dari kuliner, wisata, atau perjalanan, jual-beli, hingga prosa dan puisi. Beberapa blog begitu populernya sehingga dapat membangkitkan nilai ekonomi.

Blog naked-traveler.blogspot.com milik Trinity yang berisi catatan perjalanan, misalnya, menghasilkan buku The Naked Traveler yang dua kali naik cetak dengan jumlah 30.000 buku. Blog kambingjantan.com milik Raditya Dika, yang sekarang sudah dia tutup, menghasilkan buku dan film.

Sebagai media yang dianggap lebih demokratis dan lebih jujur dari media tradisional dengan pendekatan jurnalistik, seperti media cetak, televisi, atau radio, blog memuat apa saja. Laporan dari tempat kejadian yang disajikan tanpa terikat kaidah jurnalistik yang menuntut antara lain verifikasi informasi, melaporkan secara seimbang, atau persyaratan tak memuat unsur yang menimbulkan ketegangan antaragama, suku, ras, dan antargolongan (SARA) bisa memberi perspektif berbeda terhadap suatu peristiwa.

Melihat keleluasaan blog yang tidak dibatasi jumlah halaman atau waktu penyiaran, blog belakangan juga digunakan media jurnalistik sebagai sarana wartawannya melaporkan hal-hal yang tidak dapat dituliskan di media utama. Majalah The Economist, misalnya, yang memuat informasi ekonomi-politik, blog para wartawannya memuat pengalaman yang lebih pribadi dan menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat di tempat mereka meliput.

Namun, kebebasan itu dapat disalahgunakan pembuat blog dengan memunggah informasi bohong (hoax). Informasi Sarah Palin tidak tahu Afrika adalah benua dan disiarkan stasiun televisi MNSBC setelah Pemilu AS usai ternyata hoax dari blog Martin Eisenstadt. Menurut The New York Times yang dikutip International Herald Tribune (14/11), blog tersebut benar-benar ada, tetapi Eisenstadt tidak nyata, bahkan hanya permainan.

Atau memuat isi yang bikin banyak orang tersinggung, seperti kartun Nabi Muhammad SAW. ”Kita punya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang disahkan Maret 2008. Yang dilarang adalah pelanggaran kesusilaan, perjudian, penghinaan atau pencemaran nama baik, pemerasan atau pengancaman, berita bohong dan menyesatkan, serta yang SARA,” kata Sylvia Sumarlin. Transaksi elektronik maksudnya semua data yang mengalir melalui jaringan komputer dan media elektronik lain.

Jadi hansip


Meskipun begitu, banyak kemungkinan informasi bohong dapat muncul di dunia maya. Karena tidak menimbulkan kehebohan atau tak ada yang mengadukan kebohongan itu, tidak ada penindakan dari aparat hukum.

”Ada dua pandangan mengenai ini. Yang pertama, para blogger adalah penanggung jawab informasi di blog-nya. Yang kedua, pengunjung situslah yang harus dapat menyensor informasi yang dia terima,” kata Wicaksono. Alasannya, sudah disepakati umum informasi di dunia maya adalah informasi yang tidak diedit, tidak disensor, dan tidak disaring.

Yusro M Santoso, salah satu pendiri InMark Communication yang menyediakan tempat gratis untuk blog, dagdigdug.com, tidak terlalu khawatir dengan blog nakal.

”Teman-teman blogger jadi hansip. Mereka akan berbagi informasi kalau ada info tidak benar sehingga blog itu kehilangan kredibilitas. Kalau ada blog porno, pasti langsung kami tangkal,” kata Yusro yang pernah jadi wartawan.

”Ranah maya sebenarnya sama seperti dunia nyata, ada etika. Tetapi, saya lebih cenderung pengunjung blog yang menyaring informasi. Kalau blogger belum-belum sudah dibatasi, tidak asyik; menyimpang dari sifat demokratis blog,” kilah Iqbal pemilik Warung Wedang Wi-fi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan blog wetiga.com.

Tarik-menarik itu akan terus berlangsung dan siapa yang dapat menduga ke mana ujungnya, termasuk juga pembangkitan nilai ekonomi dari sana.



Sumber: Kompas Cetak, Minggu, 23 November 2008
Foto:
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Lebih dari seribu blogger berkumpul di acara Pesta Blogger 2008 di Jakarta, Sabtu (22/11).

Ampuhnya Kekuatan Internet

Tulisan bagus dari Mas KSP


Salah satu kekuatan Barack Obama (47) adalah memanfaatkan internet untuk menjaring pendukung dalam kampanye-kampanyenya dan mengumpulkan dana secara ”online”. Barack Obama memiliki situs-situs jejaring sosial yang populer tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di banyak negara di dunia, mulai dari Facebook, My Space, Linkedin, You Tube, Friendster, hingga Twitter.

Obama, Senator Illinois ini, mampu mengalahkan Hillary Clinton, Senator New York, saat konvensi Partai Demokrat. Kini dia menang atas John McCain dari Partai Republik dalam pemilihan 4 November. Saat pertarungannya dengan Hillary, Obama mengantongi dana 38 juta dollar AS selama kampanye dan hanya berutang 2 juta dollar AS. Adapun Hillary hanya memperoleh 6 juta dollar AS dan utangnya untuk kampanye membengkak 21 juta dollar AS.

Mengapa? Padahal, Hillary memiliki nama besar dan popularitas. Obama memanfaatkan internet. Obama memperoleh sumbangan dana kampanye lewat online hanya 5 dollar AS per orang, tetapi disumbang oleh jutaan orang.

Hillary masih menggunakan pola lama berkampanye, termasuk mencari dana. Hillary melupakan faktor kunci dalam dunia baru politik di AS, yaitu jejaring sosial. Ibaratnya, Hillary masih menggunakan AOL, Obama sudah memanfaatkan jejaring sosial Facebook. Hillary masih PC, Obama sudah sebuah Mac.

Jejaring sosial


Menguasai komunikasi publik memang salah satu kunci kemenangan. Franklin Delano Roosevelt menggunakan radio dan John F Kennedy memanfaatkan televisi untuk menggapai kemenangan. Kini Barack Obama menggunakan internet sebagai media sosial, menyapa masyarakat akar rumput melalui teknologi komunikasi yang berkembang amat pesat. Cek di Facebook, banyak ditemukan grup pendukung Obama.

Namun, Obama bukan politisi Amerika pertama yang memanfaatkan jejaring sosial untuk menuju kursi kepresidenan. Howard Dean menggunakan Meetup.com saat nominasi Partai Demokrat dalam pemilihan presiden tahun 2004. Dean saat ini berhasil mengumpulkan 27 juta dollar AS melalui online.

Pakar komunikasi Phil Noble, seperti dilansir BBC, menyebutkan, Obama meraih hampir satu miliar dollar AS selama kampanye tahun 2008. Jumlah ini 12 kali lebih banyak dibandingkan dengan perolehan John Kerry, yang juga memperoleh dana kampanye lewat cara yang sama tahun 2004.

Yang pasti, Obama dan tim suksesnya betul-betul memanfaatkan internet sebagai alat menuju kemenangan. Hal ini tidaklah heran karena di AS sebesar 71,9 persen atau 218,3 juta dari 303,8 juta penduduknya menggunakan internet (catatan InternetWorldStats hingga November 2007). Bahkan, internet telah menjadi bagian utama kehidupan politik Amerika.

Sampai akhir Oktober lalu, Obama memiliki lebih dari 1,7 juta sahabat di Facebook, beberapa di antaranya warga negara Indonesia, dan 510.000 teman di MySpace. Sebaliknya, McCain punya 309.000 teman di Facebook dan 88.000 di MySpace. Mengapa jumlah sahabat McCain di jejaring sosial lebih sedikit, ini bisa jadi karena faktor usia. McCain yang berusia 72 tahun kurang diminati penggemar Facebook dan MySpace yang sebagian besar kaum muda.

Di jejaring sosial Twitter, Obama memiliki lebih dari 45.000 pengikut. Semua aktivitasnya diinformasikan melalui jejaring sosial tersebut langsung kepada sahabat-sahabatnya. Jutaan orang di dunia, tidak hanya di Amerika, dapat menyaksikan pidato Obama melalui You Tube. Obama juga memiliki blog pribadi, mengajak pendukungnya berperan serta dalam pengumpulan dana melalui online.

Tidak seperti pesaingnya, McCain, Obama menulis surat elektronik (e-mail) pribadinya dan menciptakan video-video eksklusif untuk pendukung online-nya.

Yang juga menarik, video musik Yes We Can yang ditayangkan di You Tube, dengan bintang tamu antara lain Jesse Dylan, Will.i.am, Common, Scarlett Johansson, Tatyana Ali, John Legend, Herbie Hancock, Kate Walsh, Kareem Abdul Jabbar, Adam Rodriguez, Kelly Hu, Amber Valetta, Eric Balfour, Aisha Tyler, Nicole Scherzinger, dan Nick Cannon, dalam dua hari setelah dirilis diklik 698.934 kali.

Phil Noble menyebutkan, dua juta pendukung Obama bertindak sebagai sukarelawan selama masa kampanye, itu kunci penting kemenangan bersejarah ini. Profesor Thomas Patterson dari Universitas Harvard, Inggris, memperkirakan, popularitas Obama dalam jejaring sosial menarik para pemilih muda dan kalangan terdidik Amerika.

Obama dan tim suksesnya telah mengubah cara politisi menarik publik Amerika, termasuk mengumpulkan dana kampanye melalui online. Obama telah memindahkan politik kepresidenan masuk ke abad digital. (Robert Adhi KSP)

Sumber: www.kompas.com

I Love Facebook, Epidemi Skizofrenia

Teman saya keranjingan Facebook. Hari pertama menggauli mesin virtual ini ia bertemu dengan kawan lamanya yang nyaris tak dikenalinya. Ia begitu takjub akan keajaiban Facebook. Malam itu ia baru meninggalkan ruang kerjanya saat lampu kantor dipadamkan.

Bukan cuma teman saya yang tergila-gila, saya pun tengah gandrung dengan mainan baru ini. Facebook menghubungkan saya dengan sejumlah orang yang tak dapat saya jumpai di dunia nyata. Teman-teman sekolah saya yang tak tahu di mana rimbanya saya temui kembali di sini. Tidak hanya teman sekolah, banyak orang juga bisa berkawan dengan sejumlah orang yang sosoknya terasa jauh di alam nyata. Ada artis, ada politisi, budayawan, dan sejumlah orang beken. Keajaiban Facebook. Lupakan jarak dan waktu serta batas sosial. Ketiganya hanya ada di dunia nyata.

Siapa yang belum punya account Facebook? Hari geneee belum punya Facebook?! Orang-orang di seluruh dunia tengah gandrung dengan mesin ajaib ini. Cobalah lihat data di Alexa. Facebook adalah mesin jejaring sosial nomor satu. Sementara, untuk keseluruhan situs di dunia, Facebook menempati rangking ke-5 setelah Yahoo, Google, YouTube, dan Windows Live. Data ComScore Mei 2008 menyebutkan, situs ini dikunjungi 123,9 juta orang sekolong langit.

Semua prestasi Facebook dicapai hanya dalam waktu empat tahun. Mark Zuckerberg meluncurkan situs ini pada 4 Februari 2004. Awalnya, keanggotaan Facebook dibatasi hanya untuk siswa Harvard College. Selanjutnya, diperluas ke kampus-kampus lain dan akhirnya meluas ke seluruh dunia. Di Indonesia Facebook masih kalah populer dibanding Friendster. Data alexa, Friendster nangkring di posisi 3, sementara Facebook 7.

Inilah zaman baru. Zaman yang merevolusi cara orang berkomunikasi dan berjejaring. Teknologi telah menisbikan ruang, waktu, dan batas sosial. Komunikasi terjalin sedemikian intens dalam kesunyian, tanpa kata-kata. Tidak ada suara. Keriuhan komunikasi jutaan orang di dunia berlangsung riuh dalam aneka simbol. Kalau pun ada keriuhan itu terjadi hanya di dalam benak mereka yang termangu di depan komputer. Zaman yang aneh karena kode-kode berupa huruf dan angka mampu mencipta realitas lain di dunia yang maya.

Melalui bahasa program, apakah itu html, xml, java, dan lainnya, alfabet yang jumlahnya hanya 26 dan angka yang hanya berjumlah 10 plus belasan tanda baca lainnya mampu menciptakan sebuah dunia baru, dunia cyber, yang meluluhlantakan dimensi ruang dan waktu yang selama berabad-abad membatasi manusia. Dahsyatnya lagi miliaran aktivitas kode itu berjalan di sebuah kabel serat optik yang sedemikian tipisnya, setipis rambut manusia.

Realitas baru ini terepresentasikan sedemikian utuhnya meski hanya berupa simbol, mulai dari sekadar mengirim secangkir kopi hingga memeluk dan mencium mesra. Meski hanya berupa kode interaktivitas ini mampu membuat enzim kimiawi pembawa emosi di dalam tubuh kita bergejolak juga. Di dunia maya itu rasa senang, sedih, bahagia, cembur, kesal, semuanya.

Realitas maya itu telah jauh melebihi realitas itu sendiri. Seperti kisah kawan saya di atas. Realitasnya ia tidak tahu di mana temannya berada. Namun di dunia serat optik ia bertemu dengan temannya. Ia tidak lagi perlu tahu temannya yang di Swedia sono alamatnya di mana. tapi, ketidaktahuan teritorial di alam nyata bukanlah hambatan untuk berkomunikasi. Lucunya, semua dari kita percaya saja bahwa teman-teman kita di Facebook adalah benar teman kita yang kita kenal di dunia nyata.

Ada sebuah karikatur lucu yang pernah saya temukan di internet. Dua ekor kucing terlihat asyik di depan komputer, berselancar di internet. Kucing yang satu tampak gelisah dan bertanya kepada temannya, dan bertanya,

"Eh, nanti kalo ketahuan gimana nih?"
"Udah, tenang aja, percaya deh, mereka enggak tahu kalau kita kucing," jawan temannya.

Zaman yang mengagumkan. Dunia kode melebur dan menjadi realitas baru. Makin lama makin sulit saja membedakan mana yang nyata dan tidak nyata. Dalam ilmu psikologi ketidakmampuan membedakan mana yang nyata dan tidak nyata adalah gejala penyakit neurotik skizofrenia.

Penyakit ini nampaknya tengah meluas menjangkiti banyak orang di seluruh dunia. Telah terjadi epidemi skizoferenia. Demikian masifnya epidemi ini sehingga tidak lagi dianggap sebagai penyakit. Orang disebut gila jika ia hidup sebagai minoritas yang sangat minoritas di tengah mayoritas orang waras. Sebaliknya jika minoritas orang waras yang sangat minoritas hidup di tengah masifitas orang gila orang waras itulah yang disebut gila. Ketika menulis inipun saya sangat bingung menemukan batas kewarasan dan kegilaan.

Ah, tulisan ini memang tidak penting...hahahahaha...

Selamat Datang KanalOne, Eh Salah, Vivanews

Setelah lama jadi perbincangan sejak awal tahun ini, akhirnya situs berita milik kelompok usaha Bakri, KanalOne, eh salah, vivanews, mengorbit di jagad maya per Selasa (14/10) pagi kemarin. Entah kenapa pada bulan-bulan terakhir menjelang kelahirannya, KanalOne mengubah brandnya menjadi vivanews. Situs ini meramaikan dunia persilatan media online tanah air setelah okezone milik MNC meluncur awal tahun 2007 disusul kemudian inilah. Sejak bisnis online meredup di Indonesia tahun 2002 dan menggemboskan belasan situs komersil, praktis hanya detik dan kompas yang bertahan. Tempointeraktif hanya dihitung sebagai penggembira.

Kehadiran vivanews tentu saja menggembirakan karena memperkaya jagad informasi di ranah baru media bernama internet. Vivanews juga membawa semangat kompetisi bagi media-media online sebelumnya. Semangat kompetisi ini penting karena hanya dengan itulah adrenalin situs berita lain terpicu untuk terus memperbaiki diri.

Bagi saya, hal yang paling menggembirakan dari situs baru ini adalah kebaruan yang diusungnya. Seperti sering digembar-gemborkan, vivanews mengklaim diri sebagai situs pertama yang mengawinkan kecepatan ala dot com dan kedalaman ala majalah. Menilik orang-orang yang membidani situs ini kita akan mafhum dengan klaim tersebut.

Vivanews dikomandani oleh sejumlah pentolan Majalah Tempo. Ada Karaniya Dharmasaputra, Wenseslaus Manggut, Nezar Patria yang kepergiannya konon ditangisi Gunawan Mohammad. Mereka khatam akan tradisi investigatif ala majalah yang dalam dan komprehensif. Selain itu, situs yang mengusung tagline news and community portal ini juga digawangi Suwarjono, salah seorang dedengkot detik yang membidani okezone dan kemudian hijrah ke vivanews. Ikut pula sejumlah awak detik dan okezone ke ladang baru itu. Ammatul Rayyani bekas fotografer yang lama berkiprah di teleivis juga ikut memperkuat squad vivanews.

Selama ini tradisi jurnalisme online di Indonesia sangat dipengaruhi oleh gaya detik yang serba cepat dengan berita sepotong-sepotong. Semua situs berita online di Indonesia memeluk mazhab running news. Kelemahannya, pembaca dibanjiri oleh air bah informasi yang berbentuk penggalan-penggalan kisah. Pembaca sering kehilangan konteks karena baru mengikuti sebuah isu di tengah-tengah kejadian. Cilakanya, semua media online di Indonesia tidak memberikan summary atas penggalan-penggalan itu. Mereka berdalih, kalau mau lihat summary peristiwa hari ini baca koran besok pagi.

Apakah tradisi online hanya menganut gaya berita sepenggal-sepenggal? Tentu saja tidak. Kalau Anda membuka situs berita Yahoo, aliran yang diterapkan kantor berita AP, Reuters, dan AFP yang tersaji di sana adalah news in making. Sebuah berita awalnya muncul sepenggal, namun makin lama makin panjang dan komplet. Gaya ini membuat pembaca tidak kehilangan konteks peristiwa.

Hal lain, ada satu kekuatan media online yang selama ini belum digarap oleh situs-situs berita yang ada, yaitu keluasan ruang. Ini tidak dimiliki oleh cetak, radio, maupun televisi. Vivanews mengambil celah ini sebagai ruang untuk liputan mendalam. Kreativitas jurnalistik bisa tumpah ruah di ruang yang tak terbatas ini. Karena hanya media online-lah yang memungkinkan terjadinya konvergensi jurnalistik ala cetak, radio, dan televisi. Di dalam ruang yang tidak terbatas ini wartawan bisa menyajikan sebuah liputan komprehensif (panjang) dan memperkayanya dengan infografis dan tayangan audio visual. Jadi memang salah kalau ada yang beranggapan bahwa online hanya berarti cepat dan pendek.

Nah, selasa kemarin pertamakali membuka vivanews ekspektasi saya ternyata tidak terhempas. Bagi saya vivanews yang berbaju ala BBC ini memang menampilkan kebaruan itu. Dari sisi tampilan baju setidaknya ia tidak seragam dengan situs-situs lain. Bahkan dengan apiknya vivanews hadir dengan rubrikasi yang bisa diatur (drag and place) sesuai selera pembaca. Ini mengingatkan saya pada myYahoo. Anda bisa mengatur rubrik apa saja yang ingin Anda lihat di situs itu. Rubrik-rubrik yang tidak Anda inginkan bisa ditutup.

Kebaruan lain yang tidak dimiliki situs-situs berita lainnya adalah rubrik liputan khusus. Membaca Liputan Imam Samudra dkk seperti membaca majalah Tempo dalam bentuk yang lain. Infografis, multimedia, terkemas dengan apik.

Saya percaya fitur-fitur lain akan muncul tidak lama lagi. Kita masih menunggu bentuk komunitas yang ditawarkan vivanews. Kan, tagline-nya news and community. Di online, tidak cukup hanya news. Di era web 2.0 sebuah situs berita dituntut untuk memberi ruang bagi pembaca terlibat dalam interaktivitas. Ini menyangkut pageview, loyality index, yang ujung-ujungnya untuk mencari pengiklan.

Terakhir, soal kebaruan di atas adalah satu hal. Hal lain yang banyak juga ditunggu jawabnya oleh banyak kalangan adalah soal independensi dan idealisme jurnalistik. Merintis bisnis media di tengah persaingan yang demikian ketatnya tidak cukup hanya mengandalkan idealisme. Kepentingan kapital seringkali masuk ke ruang redaksi. Dan, suka tidak suka harus diakui, arus modallah yang menyangga sebuah media terus bertahan (dan tentu saja mensejahterakan karyawan di dalamnya). Bagaimana vivanews berkompromi dengan pemilik modal? Itu bukan cerita yang bisa dijawab satu hari ini. Just wait and see..

Internet di Tangan Obama

Temanku Wisnu habis jalan-jalan ke Amerika beberapa waktu lalu. Dia bawa oleh-oleh tulisan ini.
--------------

A Wisnubrata

Barack Obama, kandidat presiden AS dari Partai Demokrat, mengumumkan Joseph Biden sebagai calon wakil presiden pilihannya melalui email dan pesan layanan singkat (SMS). Dengan itu, para pendukung Obama menjadi orang yang pertama kali tahu.

David Plouffe, atas nama tim kampanye Obama, menyebarkan e-mail berisi tawaran kepada para pendukung senator Illinois itu. Mereka yang menerima tawaran, dijanjikan mendapat pemberitahuan pertama ketika Obama siap mengumumkan pilihannya. Cara ini diyakini merupakan upaya untuk memperluas penetrasi kampanye lewat internet yang sudah menjadi kekuatan Obama menjelang Konvensi Nasional Demokrat di Denver akhir bulan ini.

Memang sudah menjadi pembicaraan luas bahwa Obama dan tim kampanyenya sangat jitu memanfaatkan internet sebagai alat kampanye. Sebenarnya bukan hanya Obama. Dua kandidat Partai Demokrat lain, John Edwards dan Hillary Clinton juga mendeklarasikan pencalonannya melalui internet. Ini menunjukkan betapa internet telah dianggap sebagai media yang penting dalam menyampaikan informasi, pesan, berinteraksi, bahkan mengumpulkan sumbangan.

Menurut Aaron Smith, research specialist di Pew Internet and American Life Project, salah satu keunggulan internet dibanding media lain adalah kemampuannya menjadi media interaksi di mana kandidat dan pendukung bisa berkomunikasi langsung dan lebih personal dengan waktu yang lebih bebas. Ini tidak dimiliki koran yang sifatnya lebih searah, atau televisi yang waktunya tertentu.

"Keunggulan interaksi ini yang mendorong banyak kandidat termasuk Obama dan John McCain menaruh perhatian besar pada internet," ujar Smith saat ditemui di Washington, Rabu (16/7).

Dalam situsnya, barackobama.com, tim kampanye menyediakan tempat bagi orang-orang untuk berbagai pengalaman, mengirimkan pertanyaan, dan ikut dalam aksi-aksi lain, termasuk memberikan donasi. Mengenai donasi ini, Obama bahkan mencapai rekor pengumpulan sumbangan melalui online.

Hal lain yang dilakukan tim kampanye Obama melalui internet adalah menjaring pendukung. Tim ini menyusuri berbagai situs komunitas dan jaringan sosial seperti facebook dan myspace untuk menarik orang yang potensial diajak bergabung. Dari situs-situs seperti itu pula mereka menyebarkan berbagai program dan mendata keinginan masyarakat. Tim kampanye juga menyebar berbagai pidato dan kegiatan kandidat melalui situs-situs seperti youtube untuk memperluas pengaruh calonnya.

Masyarakat internet

Mengapa internet menjadi penting? Menurut penelitian Aaron Smith dalam Pew Research, di AS saat ini sekitar 75 persen warganya terhubung ke internet. Perkembangan situs jaringan sosial sangat pesat, sehingga hampir semua generasi muda di sana memiliki akses atau tergabung di dalamnya. Di situlah muncul masyarakat internet yang menghubungkan orang-orang dalam kelompok dan forum.

Masyarakat ini makin banyak memanfaatkan internet untuk berbagai hal. Dalam hasil penelitian Pew, 46 persen warga AS memanfaatkan internet untuk mencari informasi politik dan menyampaikan pendapatnya mengenai kampanye. Jumlah ini meningkat dibanding pemilu tahun 2004 yang hanya 31 persen.

Kepopuleran video online juga meningkat tahun ini, di mana 35 persen warga menyaksikan video online terkait kampanye atau pemilu, dibanding hanya 13 persen tahun 2004. Dijumpai pula bahwa 10 persen warga AS memanfaatkan situs jaringan sosial untuk melakukan aktivitas politik. Jumlah ini adalah 40 persen dari seluruh warga yang memiliki account di situs-situs tersebut.

Bagi orang-orang muda khususnya, situs-situs jaringan sosial merupakan komponen kunci. Pasalnya 66 persen pengguna internet di bawah usia 30 tahun memiliki profil di situs jaringan sosial, lebih dari separuhnya memanfaatkan situs-situs itu untuk berbagi informasi mengenai kandidat dan kampanye mereka. Merupakan keuntungan bagi Obama, karena banyak pendukungnya berasal dari kalangan muda yang lebih banyak menggunakan internet.

Dalam catatan Pew, orang-orang demokrat (partainya Obama) mengkonsumsi lebih banyak video online dibanding para pendukung republik, dengan perbandingan 51 persen vs 42 persen. Selain itu 36 persen pendukung demokrat yang online memiliki profil di situs jaringan sosial dibanding republikan yang hanya 21 persen.

Untuk meraih pengaruh yang besar di internet, tentu saja masing-masing kubu mengerahkan tenaga khusus di luar tenaga untuk kampanye tradisional. Saat mengunjungi salah satu pusat kampanye Obama di Florida bulan Juli lalu, kompas.com diberi penjelasan bahwa mereka merekrut orang-orang dan sukarelawan untuk mengurusi kampanye secara online, termasuk menyebarkan berbagai informasi tentang Obama, merekrut pemilih lewat berbagai forum, juga menjawab berbagai pertanyaan.

Tak heran bila Obama kemudian disebut-sebut berhasil memanfaatkan internet untuk keperluan pencalonannya dalam Pemilu Presiden AS tahun 2008. Keberhasilannya di dunia maya melampaui McCain yang juga memanfaatkan internet. Hal itu diakui salah seorang juru bicara untuk partai republik di Indianapolis, Cam Savage. Namun Savage yakin McCain punya keunggulan lain di luar internet dan memiliki banyak cara untuk memenangi Pemilu. "Banyak orang AS yang meragukan Obama, dan secara tradisional Mc Cain punya banyak pendukung," ujarnya.

Nah, apakah para pendukung tradisional yang kebanyakan orang kaya Amerika itu bisa mengalahkan mereka yang berharap pada perubahan? Mungkinkah McCain dengan semboyan "country first" mengalahkan Obama yang menjanjikan perubahan dengan semboyan "Change, we can believe in"? Kita tunggu saja.

Beberapa Pertanyaan tentang Jurnalisme Online

Dalam sejumlah kesempatan memberikan pelatihan tentang jurnalistik, terutama mengenai Jurnalisme Online, pertanyaan-pertanyaan ini kerap dilontarkan para peserta. Pertanyaan-pertanyaan ini saya kumpulkan dan saya perkaya dari berbagai sumber.

Apa sih Jurnalisme Online itu?

Jawaban yang paling sederhana adalah jurnalisme yang dipraktikkan dalam medium Online. Jika sebelumnya, aktivitas jurnalistik dipublikasikan melalui medium cetak (koran, tabloid, majalah), broadcast (TV), maupun radio, kini praktik mengumpulkan, menulis, dan mengedit berita dipublikasikan secara online dalam sebuah ruang World Wide Web.

Apa sih bedanya Jurnalisme Online dengan yang lain?

Real time
Dalam jurnalisme online sebuah peristiwa dipublikasikan secara real time. Atau paling tidak dekat dengan waktu kejadian. Tidak ada yang baru sebetulnya dalam hal ini. Karena publikasi peristiwa secara real time juga dapat kita temukan dalam Jurnalisme TV dan radio. Hanya mediumnya saja yang berbeda.

Mudah mengakses arsip Materi yang diterbitkan secara online terarsipkan secara terstruktur dan mudah diakses oleh siapa saja. Tentu saja tergantung dari media yang bersangkutan, sejauh mana memberikan akses kepada pembaca.

Multimedia Selama ini sejumlah elemen terkategori terpisah sesuai mediumnya. Di media cetak cerita disajikan melalui teks dan foto, TV menyajikan gambar, dan radio menyajikan suara. Online menyatukan semuanya. Dalam online cerita dapat disajikan multimedia: teks, foto, audio dan video.

Interaktif Jurnalisme Online itu interaktif. Hyperlink yang merupakan salah satu kodrat sebuah situs merepresentasikan interaktivitas ini. Misalnya, melalui hyperlink pembaca dapat tersambungkan dengan bagian-bagian artikel lain, apakah kedalaman dan detail berita, foto, video, ataupun sudut pandang lain dari suatu peristiwa, bahkan ketersambungan dengan website lain.

Dalam jurnalisme tradisional pembaca disuguhi narasi linear. Terima beres. Di online pembaca bisa menjadi partisipan ketika mereka meng-klik hyperlink yang disertakan dalam suatu berita. Pembaca bisa mengeksplorasi lebih jauh melalui hyperlink-hyperlink itu. Contoh sederhana, sebuah berita di online biasanya dilengkapi dengan berita-berita sebelumnya yang terkait sehingga tidak kehilangan konteks waktu sebuah peristiwa.

Selain itu, pembaca juga dapat merespons dengan segera materi yang disajikan oleh para wartawan online. Ada beragam cara dalam merespons. Ada media online yang langsung menyajikan kolom komentar di bawah setiap berita. Ada juga yang meminta komentar dikirim ke redaksi melalui e-mail. Semua media cetak sebenarnya juga menyediakan ruang “respons” ini yang kita kenal dengan “Surat Pembaca”. Tapi, proses publikasi respons pembaca di media cetak memakan waktu lebih lama.

Lebih dari itu, pembaca di online tidak hanya memiliki ruang untuk berkometar tapi juga berdiskusi. Ada media-media yang menyediakan ruang forum, tempat pembaca berdiskusi. Kompas.com dan Detik.com diantaranya.

Soal partispasi ini, kita masih bisa bicara panjang lebar soal jurnalisme publik di mana pembaca dapat berpartisipasi dalam memperkaya berita. Bagian ini akan saya tulis secara khusus.

Apakah Jurnalisme Online akan mematikan publikasi cetak?

Mungkin. Soal ini memang masih menjadi perdebatan yang hangat. Sebagian orang meyakini publikasi tradisional yang mengandalkan kertas akan mati. Namun, sebagian orang lagi meyakini media kertas masih akan berumur panjang. Saya sendiri meyakini kelompok pertama. Namun, saya juga percaya tradisi jurnalisme cetak akan lebih bertahan lama ketimbang media cetaknya. Sekarang kita melihat media cetak mulai bertranformasi ke digital dalam bentuk e-paper. Tradisi jurnalisme cetaknya masih bertahan, namun mediumnya bergeser.

Seperti apakah masa depan Jurnalisme Online?

Internet atau online adalah keniscayaan sejarah. Semua media tradisional mau tidak mau harus masuk ke ranah baru ini jika tidak ingin menjadi sejarah. Itu berarti industri internet harus menggelontorkan uang lebih banyak untuk mengakomodasi kebutuhan bandwith yang semakin hari akan semakin besar karena harus memuat teknologi-teknologi baru multimedia. Sementara, ilmu jurnalistik sendiri ditantang untuk semakin kreatif memanfaatkan teknologi demi menyajikan berita yang paling baik. Dan, rasanya jurnalis juga dituntut untuk mengembangkan semua talenta mereka menyangkut keterampilan menulis, memotret, merekam gambar, mengedit, dan menguasai aneka program komputer.

Bagaimana caranya belajar Jurnalisme Online?

Wah, saya tidak tahu apakah ada rute akademik untuk keinginan ini. Setahu saya belum ada jurusan khusus mengenai jurnalisme online. Kalau pun menyinggung soal jurnalisme online itu baru sebatas bagian dari mata kuliah. Di Amerika dan Eropa ada sejumlah studi khusus mengenai online pada program pascasarjana.

Namun, jika berminat mendalami bidang ini, Anda bisa memulainya dengan belajar dasar-dasar jurnalistik karena secara umum sama sekali tidak berbeda. Selanjutnya, hal-hal khusus mengenai anak bungsu jurnalisme ini bisa dipelajari di internet atau sejumlah buku yang mengulas tentagnya. Saya belum menemukan buku dalam bahasa Indonesia.

Selain belajar mengenai ilmu dasar jurnalistik, akan sangat baik jika jurnalis online akrab dengan komputer dan sejumlah program dasar, apakah kode-kode umum HTML, pengolah foto, audio, dan video. Meski bukan merupakan kebutuhan dasar, namun dalam perkembangan ke depan saya percaya keterampilan itu akan sangat membantu kerjas-kerja jurnalistik di media online.

Selanjutnya, yang tak dapat dihindari, tentu saja Anda perlu mengembangkan keterampilan menulis. Cara terbaik untuk belajar menulis adalah mulailah menulis sekarang ini juga. Anda tidak mungkin bisa belajar sepeda hanya dengan membaca teori mengendarai sepeda. Anda juga tidak mungkin langsung bisa berenang hanya dengan membaca teori tentang berenang. Mulailah duduk di atas sadel sepeda. Siaplah untuk jatuh. Mulailah masuk ke dalam air. Siaplah untuk meneguk air. Dan, mulailah menulis saat ini juga.

Jangan Abaikan Blogger


Ini juga tulisan lama. Baik dimuat lagi di sini.
----------------

Ketika aksi demontrasi ribuan biksu dan masyarakat Myanmar berakhir rusuh, Ko-Htike warga Myanmar yang tinggal di London, menerbitkan di blog-nya berita-berita terbaru dari negaranya. Isi blognya, baik tulisan, foto maupun video jauh berbeda dengan informasi yang diwartakan media-media mainstream. Ia bahkan memrotes berita BBC yang menyebutkan bahwa sekitar 200 biksu ditahan oleh junta militer.

“Yang terjadi jauh lebih buruk,” tulis Ko-Htike. Ia baru saja menerima telepon dari saudara perempuannya di Myanmar yang menceritakan tentang penyerbuan tentara ke sebuah biara dekat kota Yangon.

“Serombongan pasukan tentara menyerbu sebuah biara yang dihuni sekitar 200 biksu. Tentara-tentara itu memerintahkan para biksu untuk berbaris dan membenturkan kepala mereka satu per satu ke dinding biara. Satu persatu para biksu yang cinta damai itu jatuh ke tanah sambil berteriak kesakitan. Kepala biara digantung di tengah komplek biara dan disiksa sampai mati,” tulis dia.

“Ditahan bukanlah kata yang tepat. Mereka telah disiksa sampai mati,” tegas Ko-Htike yang membubuhkan enam tanda seru di akhir kalimatnya. Ia juga menerbitkan gambar mayat seorang biksu yang terbenam di lumpur dengan tubuh memar.

Foto-foto lain yang ditampilan dalam blognya menggambarkan kekacauan di kota Yangon. Masyarakat dan tentara bersenjata lengkap saling berhadap-hadapan. Sejumlah foto menampilkan gambar korban penyiksaan oleh tentara. Beberapa foto terlihat tidak jelas dan buram. Namun, foto-foto yang diambil dengan penuh risiko itu mereprentasikan kekuatan penolakan masyarakat Myanmar terhadap junta militer yang berkuasa di sana.

Blog Ko-Htike hanyalah satu dari sekian situs di internet yang menginformasikan kekacauan di Myanmar. Namun, situs ini menjadi rujukan utama perkembangan berita di Myanmar.

Kepada situs BBC
, Ko-Htike mengungkapkan, ia memiliki 10 orang teman di sejumlah lokasi di Myanmar. Mereka mengirim laporan kepadanya melalui internet. Kadang melalui email kadang melalui telepon. Di telepon, karena keterdesakan waktu, kerap mereka hanya menyebut link di internet tempat mereka menyimpan informasi untuk diterbitkan di blog Ko-Htike.

Aktivitas Ko-Htike mengingatkan kita pada Salam Pax, nama samaran blogger Irak berusia 29 tahun, yang membagikan kesaksiannya saat jam-jam pertama ketika bom tentara AS melumatkan gedung-gedung di sana. Ia menuliskan semua yang ia saksikan dalam blognya dear_raed.blogspot.com. Seperti juga Ko-Htike, blog Salam Pax dikutip berbagai media.

Kekuatan baru


Ko-Htike lagi-lagi menegaskan pada kita tentang dampak sebuah blog. Tak bisa dipungkiri bahwa blog merupakan kekuatan baru dunia informasi. Medium baru ini telah membuka ruang bagi seluruh warga dunia untuk berkontribusi dalam arus informasi global. Informasi bukan lagi monopoli media-media mainstream. Suara para blogger tidak bisa lagi diabaikan.

Bayangkan, di Myanmar masyarakat yang memiliki akses internet hanya 0,56 persen dari populasi penduduk. Tapi, dalam peristiwa kerusuhan kemarin, sepak terjang mereka berhasil membuka mata dunia tentang apa yang sesungguhnya terjadi di sana. Junta militer bahkan harus memutus seluruh jaringan internet untuk membungkam mereka. Junta telah kalah dalam perang telekomunikasi dengan orang-orang yang melek teknologi yang jumlahnya tidak mencapai satu persen dari populasi penduduk negara itu.

Berbeda dengan Myanmar, di Amerika para blogger sudah memiliki posisi tawar yang solid. Pemerintah maupun masyarakat di sana menyadari kekuatan medium baru ini dalam membentuk opini publik. Negeri adidaya itu mencatat sejarah ketika untuk pertamakalinya memberikan kartu pers kepada dua orang blogger guna meliput pengadilan federal dalam kasus mantan kepala staf Gedung Putih, Lewis “Scooter” Libby.

Baru-baru ini juga diberitakan, Presiden Bush mengundang 10 blogger untuk sebuah wawancara khusus mengenai isu-isu milter. Lepas dari seluruh kritik atas pilihan blogger yang diundang, Gedung Putih menyadari bahwa suara-suara manusia maya di blog perlu dirangkul sebagai salah satu saluran penyebaran informasi.

Kehadiran blog atau weblog adalah isyarat lahirnya sebuah kekuatan baru media. Tidak ada data yang pasti berapa jumlah blog di internet. Technorati, lembaga penelusur blog, mengungkapkan, jumlah blog bertambah dua kali lipat setiap bulan. Sementara, setiap hari tercipta lebih dari 70 ribu blog baru di seluruh dunia.

Bagaimana di Indonesia? Berita yang mengejutkan tentang aktivitas ngeblog di negeri ini datang dari Majalah Business Week yang memasukkan Jakarta dalam 30 kota yang aktivitas ngeblog-nya tinggi. Memerhatikan koneksi internet di Indonesia yang relatif masih mahal dan kecil bandwithnya kita bisa melihat bahwa ada antusiasme yang tinggi pada masyarakat Jakarta untuk berkiprah di jagad maya.

Kabar lain datang dari lembaga penyedia layanan blog Word Press. Disebutkan, dalam statistik bulan Juni, setelah bahasa Inggris, bahasa Indonesia berada dalam urutan ketujuh bahasa yang paling banyak digunakan di situs ngeblog itu.

Memang belum ada penelitian yang pasti berapa pemilik blog di Indonesia. Enda Nasution, yang mendapat julukan sebagai bapak blogger Indonesia, memerkirakan jumlah blog di Indonesia sudah mencapai angka 130 ribu, bahkan diperkirakan lebih dari itu. Pertanyaannya, dimanakah mereka?

Pada 27 September mendatang, sejumlah blogger terkemuka di Indonesia berinisiatif menggelar acara Pesta Blogger 2007. Ini merupakan acara kumpul-kumpul blogger berskala nasional yang pertama di Indonesia. Acara yang menggusung tema “Suara Baru Indonesia” ini dimaksudkan sebagai wadah pertemuan dan diskusi bagi para blogger untuk bersama-sama menciptakan iklum ngeblog yang positif di Indonesia. Lebih dari 200 blogger Indonesia bakal hadir dalam acara ini. Kita tunggu saja kiprah suara baru indonesia ini!

Selamat Datang "Kaum Am"


Ide tulisan ini mengendap bertahun-tahun di kepala saya. Sedang, tulisan ini sendiri juga mengendap hampir tiga tahun di komputer saya. Agak basi sebenarnya, tapi tak apalah dari pada mengendap menjadi sampah...

________________________



Filsuf Inggris, Thomas Carlyle (1795-1881), menulis, sejarah dunia merupakan rangkaian biografi orang-orang hebat (The Great Man). Orang-orang hebat ini jumlahnya sedikit, tapi mereka mampu mengubah wajah dunia. Lebih dari dua abad dunia kita banyak dipengaruhi ucapan Carlyle. Mereka yang kerap tampil di ruang-ruang publik, di halaman-halaman media adalah orang-orang besar.

Setiap akhir tahun suatu lembaga atau media selalu menasbihkan orang-orang hebat (person of the year) versi mereka. Hadiah Nobel diberikan kepada orang-orang besar itu. Begitu juga di Indonesia, sebuah majalah mingguan nasional di negeri ini, misalnya, dalam edisi akhir tahun 2006 menasbihkan 10 orang yang mengubah wajah Indonesia. Mereka adalah The Great Man.

Namun, teori The Great Man Carlyle ini mendapat tantangan yang serius di akhir tahun 2006. Majalah TIME edisi 25 Desember 2006-1 Januari 2007 menasbihkan tokoh yang tidak biasa. Person of the Year 2006 versi Majalah TIME adalah YOU. Covernya bergambar layar komputer berkaca mylar dengan papan ketik. Ketika Anda melihat gambar siapa di layar monitor berkaca mylar itu, Anda akan melihat wajah Anda sendiri.

Ya, menurut TIME, tahun 2006 bukan milik orang besar yang terkenal, tapi milik YOU, Anda, Kamu. Itu bisa berarti siapa saja. YOU adalah individu-individu yang selama ini tidak pernah dianggap sebagai bintang tapi telah bekerja mengubah wajah zaman melalui komputer dan jaringan internet di rumah atau di kantor mereka. TIME menulis di halaman covernya, "YOU. Yes, You. You control the information age. Welcome to your world."

Tahun 2006 menorehkan cerita tentang tingkah polah sebuah komunitas di jagad maya yang berkolaborasi dan bekerja diam-diam dalam skala yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Dunia tersentak ketika individu-individu itu bergerak bersama menyusun ensiklopedi maya Wikipedia. Jutaan artikel berbagai bahasa terserak menjadi halaman informasi gratis yang bisa diakses semua orang di seluruh dunia. Wikipedia yang disusun oleh orang-orang biasa meruntuhkan dominasi Britannica Online, ensiklopedia yang dikenal sebelumnya yang disusun oleh para ahli di bidangnya masing-masing.

Tahun 2006 juga tahunnya para blogger yang mengirim jutaan informasi di weblog mereka. Para blogger perlahan-lahan mengambil tempat di garda terdepan arus informasi. Mereka menyajikan hal-hal yang diabaikan media-media tradisional.

Dari blogosphere (dunia blog) kita bisa menyaksikan tulisan Kapten Lee Kelley (35) seorang tentara pasukan AS di Irak. Lewat blognya, Wordsmith at War, Kelley melaporkan apa yang terjadi di Ramadi, Irak, tempat ia bertugas. Jika Vietnam adalah perang pertama yang "ditelevisikan", Irak adalah perang pertama yang di-"blog"-kan. Kepada TIME, Kelley berujar, ia dan kawan-kawannya kecewa tentang bagaimana media mainstream memotret konflik di Irak dan Afghanistan. Media hanya melaporkan kekacauan-kekecauan besar yang terjadi sehingga masyarakat beranggapan bahwa situasi di sana betul-betul hancur berantakan. Inilah dalil tradisional jurnalistik, "bad news is a good news".

Untunglah, Kelley adalah tentara modern. Ia pergi ke medan perang tidak lagi hanya membawa bedil, tapi juga laptop. Lewat blognya, ia menulis sisi lain perang, tidak melulu kehancuran tapi juga sesuatu yang baik. Misalnya, bagaimana ia dan kawan-kawan tentara membangun sekolah. Ia tak habis pikir kemana saja para wartawan yang meliput di Irak. "Tidak ada orang yang tahu lebih baik tentang apa yang terjadi di medan perang selain tentara yang berada di garis depan," ujanya.

Luar biasa memang perkembangan blog. Technorati.com --mesin pencari weblog—mencatat, setiap hari 75 ribu blog muncul di dunia maya (data akhir tahun 2006). Jumlah ini meningkat dua kali lipat setiap lima bulan. Isinya macam-macam, mulai dari blog tentang Irak yang menceritakan perkembangan situasi di negara itu, blog yang mengkritik arsitektur lapangan golf, blog poker, blog investasi, sampai blog sederhana urusan asmara. Kini tidak ada lagi informasi yang dapat dibendung. Media massa bukan lagi lumbung terakhir penyedia informasi.

Selain blogger, ada satu contoh lain lagi bagaimana seorang individu biasa non bintang berkontribusi di belantara informasi dunia. Ali Khurshid, pemuda Pakistan yang pemalu berusia 22 tahun kini menjadi tekenal di negerinya karena foto-foto yang ia tampilkan di Flickr
- website yang memungkinkan kita saling bertukar foto.

Tentang Pakistan, lihatlah, apa yang selalu ditampilkann media? Yup, selalu tentang konflik politik di negara itu. Citra tentang Pakistan akibat pencitraan media adalah negeri yang ruwet oleh konflik. Khurshid lewat kamera poket digitalnya bercerita kepada dunia tentang sisi lain Pakistan. Sebanyak 200-an foto Khurshid menampilkan panorama alam Pakistan yang indah. Bukan Pakistan versi media.


Saat kita terlelap


Tahun 2006 berlalu dan kita tengah memasuki sebuah zaman baru. Kita seperti terlelap ketika dunia berubah begitu cepat. Dunia bukan lagi bulat tapi datar, kata Thomas L Friedman, wartawan senior, redaktur The New York Times.

Friedman, dalam bukunya The World is Flat, mendalilkan bahwa dunia sedang memasuki globalisasi tahap ketiga. Globalisasi pertama, di rentang tahun 1492-1800, menurut Friedman, terjadi sejak Columbus dengan petualangannya mematahkan mitos bahwa dunia tak berujung.Globalisasi tahap kedua berlangsung di rentang tahun 1800-2000 dimana invasi industri dan hegemoni perusahaan multinasional membuat dunia semakin kecil.

Kini, kita tengah memasuki gerbang globalisasi ketiga dimana dunia menjadi semakin lebih kecil lagi bahkan datar karena konvergensi antar komputer pribadi di seluruh dunia yang memungkinkan setiap orang dalam waktu singkat menulis apa saja yang ingin mereka tulis dan mewartakannya kepada dunia. Serat optik memungkinkan mereka mengakses lebih banyak materi di seluruh dunia dengan murah. Sementara, bentuk-bentuk baru perangkat lunak komputer memungkinkan individu-individu di seluruh dunia bersama-sama mengerjakan suatu materi digital dari manapun tanpa menghiraukan jarak antar mereka. Itulah yang terjadi dengan Wikipedia, Blog, My Space, YouTube, aneka opensource program, dan masih banyak lagi.

Ketersambungan seluruh warga dunia dalam jaringan internet membuka peran seluruh warga dunia untuk terlibat dalam memberikan informasi. Arus informasi tidak lagi up-down tapi bottom-up. Warga dunia menulis sejarahnya sendiri tanpa sensor dan hambatan birokratis. Sebuah proses dialektis yang super egaliter. Semuanya terjadi di depan layar komputer di rumah Anda. Kekuasaan sejarah ada pada papan ketik komputer di rumah Anda, bahkan kini di telepon seluler dalam genggaman Anda di manapun Anda berada.

Selama berabad-abad individu-individu (baca: YOU) ini hanyalah kelompok marginal di ranah jagad informasi. Mereka disebut kaum amatir atau "Am" untuk membedakannya dengan profesional atau "Pro". Perlahan namun pasti, “Kaum Am" ini menggugat ketradisionalan cara kerja redaksi media-media mainstream. Internetlah yang menjadikan mereka sebagai pewarta sekaligus editor. Kenyataan ini mendorong secara masif media mainstream yang selama ini memegang "otoritas tunggal" penyedia informasi memikir ulang posisinya.


***

Pesan apa yang ingin disampaikan sejarah baru ini? Pesannya adalah sebuah dialog peradaban baru tengah berlangsung, bukan dialog yang terjadi antara pemerintah dengan rakyatnya, bukan juga dialog media dengan pembacanya, tapi dialog antar masyarakat sendiri, antar warga dunia, pembaca dengan pembaca, citizen to citizen.

Tentang Blog Ini

Blog ini didedikasikan sebagai ruang diskursus tentang jurnalisme online. Tulisan-tulisan di blog ini adalah buah gagasan dan renungan yang mencuat begitu saja di kepala. Anda pun bisa berbagi ide di sini.

Sebagai anak bungsu jurnalisme, online menawarkan banyak peluang menarik untuk dikembangkan karena sebagai medium, ia mengonvergensi semua tradisi jurnalistik. Kalau cetak hanya menyajikan text dan foto, lalu radio menyajikan audio, dan televisi menyuguhkan video, maka online menyediakan semuanya. Online adalah multimedia. Maka, para pekerjanya juga dituntut menjadi multijurnalis.

Namun, lebih dari itu, online juga menawarkan suatu bentuk partisipasi pembaca secara langsung dan real time. Pembaca bisa memperkaya atau bahkan menyumbang informasi. Bahkan pembaca bisa menjadi jurnalis itu sendiri.

Di ruang baru ini ada kebiasaan-kebiasaan tradisional jurnalistik yang bergeser. Hmm...seperti apakah "binatang baru" hasil evolusi zaman di mula milenium ini? Mari kita perkarakan di sini.