Spiga

Budi Putra, Passion Seorang Blogger

Kalau Anda bertemu dengan Budi Putra dan bertanya apa profesinya, jangan kaget jika ia menjawab blogger. Ya, Budi Putra adalah full time blogger atau istilah kerennya blogger profesional. Jika bagi sebagian orang ngeblog adalah kegiatan sampingan, tidak demikian bagi Budi. Ia menghabiskan seluruh waktunya untuk mengelola sejumlah blog miliknya. Ia tercatat sebagai blogger profesional Indonesia pertama. Di kartu namanya tertulis ”Tech Writer & Blogger” di bawah namanya.

“Pekerjaan ini menyenangkan, saya tidak perlu datang ke kantor menghabiskan dua sampai tiga jam di jalan. Saya bisa bekerja di rumah, atau jika bosan saya ke luar nongkrong di cafĂ© dan ngeblog,” ujar Budi Putra dalam perbincangan dengan kompas.com suatu sore.

Perkenalan Budi dengan dunia blog belumlah lama. Ia mulai ngeblog tahun 2001. Tapi, belum serius. Postingnya hanya sebatas mengarsipkan tulisan-tulisannya sebagai wartawan yang dimuat di media tempatnya bekerja. Blog-nya pun tidak terurus karena tertinggal oleh kesibukannya sebagai wartawan.

”Tahun 2006 saya mulai menjadi blogger yang baik. Artinya blogger yang baik adalah rajin buat posting, menjawab komentar, blogwalking (berkunjung) ke blog lain dan menyapa pemilik blog,” tuturnya.

Hanya butuh waktu satu tahun sejak ia menjadi blogger yang baik hingga akhirnya memutuskan sepenuhnya ngeblog dan memilih blogger sebagai profesi dan tumpuan hidupnya. Pada 1 Maret 2007 Budi Putra resmi mengundurkan diri sebagai wartawan di sebuah media nasional. Padahal, karirnya tidak jelek sebagai pekerja pers: editor rubrik teknologi. “Keputusan ini tidak gampang. Pergulatan saya setahun sebelum memutuskan pilihan ini,” ungkap Budi.

Sebuah keputusan yang sangat berani, tapi tentu saja bukan tanpa perhitungan. Setidaknya ia sadar betul bahwa ia tidak ingin bunuh diri dengan meninggalkan pekerjaan mapannya sebagai wartawan di sebuah media besar. Cita-cita masa kecilnya menjadi wartawan tidak pula kandas karena sebagai blogger ia terus menulis.

Budi Putra lahir dan besar di Payakumbuh, Sumatera Barat, 12 September 1972. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi wartawan meski kedua orangtuanya, Pasangan Bachtiar dan Musril, berharap kelak ia bisa menjadi seorang diplomat. Sejak SMP Budi sudah keranjingan menulis. Karyanya kerap dimuat di Harian Singgalang. Usia 19 tahun saat masuk tingkat pertama di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Budi diterima sebagai wartawan di harian itu. Kemampuan bahasa Inggrisnya yang baik membuatnya didapuk menjadi redaktur internasional pada tahun kedua. Masih kinyis-kinyis, usianya baru 21 tahun dan belum selesai kuliah.

Persentuhannya dengan dunia teknologi terjadi tahun 1996 ketika ia mendapat fellowship selama tiga bulan ke Jepang. Di sana ia terkagum-kagum melihat para petani di negeri Sakura itu sudah mengakses internet untuk memperoleh informasi. Pulang ke Padang ia serius belajar bahasa pemrograman secara otodidak. Hasilnya, ia sukses meng-online-kan Harian Singgalang pada tahun 1997. Tahun 2000 Budi hijrah ke Jakarta bergabung dengan sebuah media nasional sampai akhirnya dipercaya sebagai editor rubrik teknologi.

Serius Belajar
Dunia blog sudah mengganggu benak Budi sejak dua tahun silam. Sebagai editor rubrik teknologi ia sudah mencium gelagat bahwa wahana baru di dunia maya ini cepat atau lambat akan menjadi ancaman buat media cetak. Sebagai pekerja pers di media cetak ia merasa gelisah. ”Kita tidak mungkin mengabaikan perkembangan teknologi baru ini. Saya bilang pada diri saya sendiri saya harus pelajari ini. Untuk apa? Untuk perkembangan media cetak. Ternyata ada banyak hal positif yang bisa dipelajari. Blog menawarkan sebuah interaksi, membangun kedekatan antara penulis dan pembaca. Selama ini komunikasi media cetak kan hanya satu arah, komunikasi yang jauh,” terangnya.

Budi pun lantas serius mempelajari dunia blog. Buku-buku tentang blog di Amazon diborongnya. ”Di Jakarta, mungkin buku tentang blogging terlengkap salah satunya adalah di rumah saya. Belum terhitung buku-buku lain tentang internet,” cetusnya.

”Blog itu dunia baru yang ilmunya masih sedikit. Jadi kalau kita tidak belajar tidak bisa. Ngeblog tidak bisa dikembangkan hanya dengan common sense. Kita harus pelajari toksonominya, blogsphere (dunia blog) itu seperti apa, kenapa blog harus ditulis spesifik, pendek, kenapa link penting, kenapa komentar harus dijawab. Semua ada alasan dan ilmunya. Jadi kalau kita masuk ke dunia ini hanya berbekal common sense tidak jadi apa-apa,” jelas dia lagi.

Namun sayang, Budi mendapati visi para pekerja pers di media cetak memandang internet dan blog sebagai ancaman. Jangankan blog, situs media pun tidak dikelola dengan baik. “Mereka berpikir kalau mengembangkan (media) online-nya edisi cetak mereka tidak akan dibeli orang. Itu persepsi yang keliru seratus persen. Padahal kita bisa mengonvergensikan dua medium ini menjadi kekuatan baru,” tegasnya.

Sambil terus melahap seluruh informasi tentang blog Budi mulai serius mengelola blog-blog pribadinya yang semua bertema teknologi, yaitu www.budiputra.com, www.asiatech.com, www.indonesiatech.com dan www.3Gweek.com. Perlahan, ia menemukan kesenangan di jagad blog ini. Ia ngeblog bukan karena kewajiban bahwa blog-nya harus di-update, tapi karena cinta akan dunia baru yang dilakoninya itu. Upayanya tidak sia-sia. Di blogsphere namanya mulai populer sebagai blogger teknologi. Sebagai editor teknologi, jaringan dengan industri pun terkelola dengan baik.

Tawaran pun datang. CNET ASIA, sebuah situs teknologi, mengajaknya bergabung ngeblog di sana bersama sejumlah blogger teknologi Asia lainnya. Ada blogger dari Singapura, Korea, Jepang, Malaysia, Cina, India dan Filipina. Budi adalah representasi blogger Indonesia. Kewajiban Budi adalah membuat posting dua kali seminggu. CNET ASIA memberinya honor yang besarnya sedikit banyak tidak berbeda dari penghasilannya sebagai jurnalis. Selain itu, ia juga mulai mendapat penghasilan dari iklan pada blog-blog pribadinya.

Peluang mendapatkan penghasilan dari aktivitas ngeblog mulai terbuka. Ia menjelaskan, ada tiga peluang yang bisa diambil oleh seorang blogger. Pertama, menjadi publisher blogger. Seorang blogger dapat menghasilkan uang dari iklan pada blognya. Jika ingin mendapat penghasilan yang lumayan blogger dituntut menulis dalam bahasa Inggris dengan konten yang bermutu. Kalau tidak, ia menjamin, iklannya tidak akan tinggi. Contoh publisher blogger yang sukses adalah Darren Rowse. Blognya, www.problogger.net, bisa meraup 2.000 US dolar sebulan.

Kedua, menjadi blogger berbayar. Seorang blogger menulis di blog-blog terkenal dan dibayar untuk itu. Untuk menjadi blogger berbayar, seorang blogger dituntut kompeten pada satu bidang tertentu. ”Sekarang banyak blog yang butuh penulis. Saya baru saja ditawari lagi untuk menulis di salah satu blog, tapi saya sudah tidak punya waktu,” tutur Budi.

Ketiga, lanjutnya, adalah menjadi konsultan. Jika seorang blogger paham betul tentang dunia blog, ada banyak perusahaan atau pribadi yang membutuhkan pengetahuan mereka.

“Dari tiga celah itu saya pilih dua yang terakhir (blogger berbayar dan konsultan),” tegas Budi. ”Saya tidak mendorong orang untuk yang pertama (publisher blogger) karena kalau begitu buat saya dunia blog sempit dan hanya untuk uang. Orang mau ngeblog sudah tanya uang. Awalnya jangan pikirkan uang. Mulai dan carilah kenikmatan sampai betul-betul menemukan passion-nya. Setelah Anda menemukan passion Anda di dunia blog uang akan datang sendiri, “ kata dia.

Mendirikan ABN
Lambat laun aktivitas Budi di dunia blog semakin intens. Berbagai tawaran kerjasama terus datang. Tapi, ia tidak mungkin menyambut tawaran-tawaran itu karena ia masih berstatus sebagai jurnalis yang terikat dengan institusi media tempatnya bekerja. ”Saya harus fair. Kalau saya terima semua tawaran-tawaran itu pasti ada conflict of interest. Saya tidak mau,” ujar Budi.

Sampai suatu ketika, dalam sebuah acara hajatan teknologi di Singapura, Budi bertemu dengan sejumlah blogger yang mengembangkan blog dan berbisnis di dunia itu. ”Mereka bertanya pada saya, di Indonesia apa yang sudah ditawarkan oleh industri blog. Saya tersadar di Indonesia tidak ada sama sekali industri blog dan saya malu sekali waktu itu. Nah, sejak saat itu mulai muncul dorongan dalam diri saya untuk berbuat sesuatu,” cerita Budi.

Setelah berkonsultasi dengan sejumlah teman bulatlah tekadnya untuk membawa blog Indonesia ke dunia industri. Bulat pula tekadnya untuk mengakhiri karir jurnalistiknya di media tempatnya bekerja. Pada 1 April 2007, persis sebulan setelah mengundurkan diri sebagai jurnalis, Budi mendirikan PT Asia Blogging Network (ABN). Dua bulan kemudian, tepatnya 6 juni 2007, Budi meluncurkan situs www.asiablogging.com. Situs ini adalah situs komunitas blogger yang menulis tentang beragam topik. Layaknya sebuah media, situs ini memiliki 15 rubrik yaitu bussiness, city, film, health, writing, sport, lifestyle, media, hobby, science, music, technology, tips, travel dan personal.

Budi mencari sendiri bloger-bloger yang menulis di situsnya. ”Saya tidak meminta mereka menulis untuk rubrik tertentu. Mereka justru saya tanya mau menulis apa, lalu saya bikinkan rubriknya. Saya ingin mereka menulis dengan passion, menulis dengan senang. Jadi, kalau mereka ngeblog itu seperti sedang beristirahat,” ungkapnya.

Kini ABN memiliki 40 blogger dengan 90 blog. Satu orang blogger memegang dua sampai tiga blog. Mereka dibayar? ”O, tentu saja,” sahut Budi. ”Tidak besar, tapi paling tidak bisa untuk biaya akses internet, beli buku untuk tambah wawasan. Kalau suka film ada duit buat tambah-tambah beli film. Karena sebetulnya mereka ngeblog bukan untuk cari duit tapi memang sudah senang. Tapi, saya harus memberi apresiasi atas kesediaan mereka ngeblog di ABN,” ungkapnya.

Jika Budi adalah blogger profesional pertama Indonesia maka ABN adalah perusahaan blog pertama di Indonesia. Ia optimistis prospek industri baru ini cerah. ”Karena industri bloging di Indonesia masih nol kilometer. Ketika saya meluncurkan situs ini banyak pihak yang kontak. Mereka butuh komunitas blogging untuk promo produk mereka yang terkait dengan blog tidak untuk hardsell tapi untuk membangun image,” terangnya.

O, iya, Budi Putra punya kartu nama satu lagi dengan identitas PT Asia Blogging Network. Di bawah namanya tertera ”CEO” (Chief Executive Officer). ”Kartu nama yang ini untuk komunikasi dengan dunia industri,” ujarnya sambil tersenyum. (J Heru Margianto)


Foto: www.asiablogging.com

0 komentar: